2013/07/04

Kopi Asin








Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis yang menakjubkan.
Banyak pria berusaha mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya
seorang laki-laki biasa. Tak ada yang begitu menghiraukannya. Saat
pesta telah usai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya.
Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak, si gadis tidak mau
mengecewakannya.

Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang nyaman. Si laki-laki begitu
gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan sang gadis merasa sangat
tidak nyaman. "Ayolah, cepat. Aku ingin segera pulang", kata sang gadis
dalam hatinya.

Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan, "Tolong ambilkan saya garam.
Saya ingin membubuhkannya dalam kopi saya."
Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya kontan menjadi
merah, tapi ia tetap mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi serta
meminum kopinya. Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu
kepadanya, "Kebiasaanmu kok sangat aneh?". "Saat aku masih kecil, aku
tinggal di dekat laut. Aku sangat suka bermain-main di laut, di mana
aku bisa merasakan laut... asin dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini",
jawab si laki-laki. "Sekarang, tiap kali aku minum kopi asin, aku jadi
teringat akan masa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan
kampung halamanku, rindu kedua orangtuaku yang masih tinggal di sana",
lanjutnya dengan mata berlinang.

Sang gadis begitu terenyuh. Itu adalah hal sangat menyentuh hati.
Perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang mengungkapkan
kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti seorang yang mencintai
dan begitu peduli akan rumah dan keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa
tanggung jawab akan tempat tinggalnya. Kemudian sang gadis memulai
pembicaraan, mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh, masa
kecilnya, keluarganya...
Pembicaraan yang sangat menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga merupakan
awal yang indah dari kisah cinta mereka.

Mereka terus menjalin hubungan. Sang gadis menyadari bahwa ia adalah
laki-laki idaman baginya. Ia begitu toleran, baik hati, hangat, penuh
perhatian... pokoknya ia adalah pria baik yang hampir saja diabaikan
begitu saja. Untung saja ada kopi asin !

Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri menikah
dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia... Dan, tiap ia membuatkan
suaminya secangkir kopi, ia membubuhkan sedikit garam didalamnya, karena
ia tahu itulah kesukaan suaminya.

Setelah 40 tahun berlalu, si laki-laki meninggal dunia. Ia meninggalkan
sepucuk surat bagi istrinya:
"Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah aku buat sepanjang
hidupku. Ini adalah satu-satunya kebohonganku padamu --- tentang kopi asin.
Kamu ingat kan saat kita pertama kali berkencan? Aku sangat gugup waktu
itu. Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah mengatakan
garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tak sanggup, maka
aku biarkan saja semuanya. Aku tak pernah mengira kalau hal itu malah
menjadi awal pembicaraan kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang
sebenarnya kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku,
tapi aku begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah berjanji untuk
tidak menyembunyikan apapun darimu... Sekarang aku sedang sekarat. Tidak
ada lagi yang dapat aku khawatirkan, maka aku akan mengatakan ini padamu:
Aku tidak menyukai kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalmu, aku selalu
minum kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menyesal
atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak pernah menyesali
semuanya. Dapat berada disampingmu adalah kebahagiaan terbesar dalam
hidupku. Jika aku punya kesempatan untuk menjalani hidup sekali lagi,
aku tetap akan berusaha mengenalmu dan menjadikanmu istriku walaupun
aku harus minum kopi asin lagi."

Sambil membaca, airmatanya membasahi surat itu.
Suatu hari seseorang menanyainya, "Bagaimana rasa kopi asin?", ia menjawab,
"Rasanya begitu manis."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar